February 26, 2018

Kerja Bakti dan Spageti

by , in
Ternyata menjawab tantangan #15haribercerita itu tidak mudah. Tinggal satu hari lagi tantangan tersebut akan berakhir, namun saya baru memulai tulisan yang ke 10. Hmm,,,gapapa deh. Namanya juga latihan. Lagipula beberapa hari yang lalu saya disibukkan dengan pelatihan-pelatihan yang menguras tenaga dan waktu *alesan...

Tulisan kali ini hanya ingin berbagi mengenai aktifitas di keluarga kami di akhir pekan. Bukan akhir pekan kemarin, tapi sudah dua minggu yang lalu saat ada longweekend. Hehehe...semoga ga basi. 

Bagi sebagian keluarga, longweekend biasanya diisi oleh kegiatan wisata atau sekedar jalan-jalan ke mall. Tapi tidak bagi keluarga saya. Tidak ada rencana untuk bepergian saat itu. Ditambah lagi, ayah ada acara tiga hari fullday yang tidak bisa ditinggalkan. Jadilah, kami di rumah saja menghabiskan longweekend.

Longweekend di rumah saja, bukan berarti sangat membosankan. Kebetulan mas adzka mendapatkan tugas untuk melakukan bekerja bakti di rumah. Setiap anggota keluarga diberi tugas melakukan satu kegiatan untuk membersihkan rumah. Misalnya, menyapu lantai, membersihkan jendela, menyiram tanaman dan lain-lain. Setelah selesai kerja bakti, mas adzka diminta menuliskan pengalaman selama melakukan kerja bakti. Tak disangka semuanya bersemangat untuk membersihkan rumah. Mas adzka dan dek Hana saling berebutan untuk melakukan tugas yang mereka inginkan. Walaupun, hasil bebersihnya masih belum bisa sempurna. Namun, anak-anak dapat belajar untuk bekerja sama.

Selesai kerja bakti, anak-anak langsung nagih minta dibuatkan spageti. Sebagai tanda apresiasi atas kerja bakti yang mereka lakukan, saya pun langsung membuatkan mereka spageti. Spageti yang saya buat masih versi sederhana. Bahannya hanya berupa spageti dan saus. Sausnya terdiri dari campuran bawang bombay, bawang putih, daging cincang, saos tomat, keju, lada, gula dan garam. Sangat mudah dan cepat membuat spageti ini. Begitu disajikan, spageti
langsung ludes tak bersisa :)



#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe10
February 19, 2018

Seminar WAG Kepenulisan "Produktif Membunyikan Data Dengan Opini"

by , in

Bersyukur rasanya dapat bergabung dalam sebuah grup WA yang sangat memberikan manfaat. Salah satu grup yang saya ikut yaitu Grup "Perempuan BPS Menulis". Grup ini digagas oleh dek nurin yang sangat menginspirasi para member grup untuk terus menulis. Peserta ditantang untuk membuat tulisan sebanyak 15 artikel dalam waktu 25 hari. Tak berhenti disitu saja, dek nurin yang dibantu beberapa rekan berusaha untuk menghadirkan pembicara untuk menambah wawasan para peserta tentang kepenulisan.

Seperti pada hari Sabtu 17 Februari 2018 yang lalu, dek nurin membuat Seminar Kepenulisan yang bertajuk "Produktif Membunyikan Data Dengan Opini". Pembicara kali ini dihadirkan dari kalangan pegawai BPS yang sangat produktif dalam menulis opini di media masa. Beliau bernama mbak Tasmilah. Kali ini mbak Tasmilah memaparkan tahapan-tahapan dalam membuat opini dengan menggunakan data-data strategis yang dimiliki oleh BPS dan tak lupa pula memberikan tips-tips bagaimana kita bisa "tanggap" terhadap data. 

Berikut resume mengenai seminar "Produktif Membunyikan Data Dengan Opini":
Dalam menulis opini, ada tahapannya, sy buat poin-poinnya aja yaa
A. Proses Menulis Opini
1 menentukan tema yang aktual, 
2. menentukan sudut pandang (angle) atau perspektif . 
3. mencari dan menggunakan referensi/rujukan, pendapat para ahli.
4. memulai menulis , memetakan dan mengidentifikasi masalah, membahas permasalahan yang sudah diidentifikasi , sampai membuat konklusi.

B. Menentukan tema Aktual dapat dilakukan dengan cara:
1. Amati berita headline koran-koran utama yang memiliki reputasi baik setiap hari selama 4 hari
2. Amati berita TV berita selama seminggu. 
3. Baca situs-situs berita mainstream, seperti kompas.com, detik.com, vivanews.com dll. 
4. Ikuti berita yang dimuat berulang selama 3-4 hari.

C. Struktur Tulisan Opini
1. judul 
2. Pendahuluan
3. Pembahasan
4. Kesimpulan
atau 
1. Judul : Singkat, padat, jelas (3-5 kata)
2. Pembuka (lead) : merupakan kalimat atau paragraf pembuka yang mengajak, menggoda, mengusik pembaca agar terus membaca sampai tuntas.
3. Penjelas (Batang Tubuh)
4. Penutup (ending)

D. Menyusun Alinea
1. Satu alinea biasa mengandung satu pokok pikiran
2. Uraikan inti masalah dengan singkat (3-5 kalimat)
3.  Sifatnya, apakah menanggapi opini orang lain atau mengajukan opini tersendiri?
4. Uraikan pokok pikiran utama (main idea) menjadi beberapa pokok pikiran penunjang/turunan
5. Hubungkan satu alinea dengan alinea selanjutnya dengan jembatan pikiran (bridging) yang kuat
 6. Hubungan antar alinea bisa bersifat: kronologis (waktu), spasiologis (ruang), dan kausalitas (sebab-akibat)

E. Pentingnya Data
1. Data penting untuk memperkuat pendapat yang diajukan, apalagi BPS merupakan gudangnya data. Penulis dari BPS diuntungkan dengan ini. tiap bulan BPS selalu merilis data. ini bisa menjadi ide untuk menulis tiap bulan.
2. Referensi penting untuk menunjukkan bahwa semua pendapat yang sama/berbeda sudah dipertimbangkan.

F. Edit
1. Selesaikan draf, apapun bentuknya, tulis aja apa yang ada di kepala sampai bener-bener mentok..
2. Endapkan tulisan awal selama beberapa waktu, cari inspirasi/kesibukan, perhatikan deadline.
3 Tinjau ulang draf awal dan periksa dari segi substansi, struktur argumentai, atau gaya penulisannya.
4. Bisa meminta pendapat atau masukan dari teman sebelum dikirim ke redaksi.

G. Buatlah Profil menarik
1. Biodata yang memuat pendidikan dan pekerjaan kita, ini untuk menunjukkan kompetensi kita sebagai penulis. Contoh Tasmilah. ASN di BPS, Pendidikan DIV statistik Ekonomi. kalo perlu tulis juga penulis opini di Kompas, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Radar Banten, dst.
2. Alamat yang mudah dihubungi, scan ktp, foto, dan norek npwp (jika koran nasional)

H. mengirim Ke Redaksi

Seminar terus berlanjut ke sesi tanya jawab. Dalam sesi ini banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan teknik menulis dan menganalisa data. Selain itu juga dibahas mengenai bagaimana mengatur waktu antara pekerjaan, keluarga dan menulis yang tentu saja kesemuanya harus seimbang. Seminar yang sangat bergizi dan bermanfaat bagi semuanya. Barakallahu kepada dek nurin dan panitia, serta mbak Tasmilah yang besedia membagikan ilmunya kepada kami semua.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe9

February 16, 2018

Tangerang-Serang (PP)

by , in
Setelah lima hari vakum, saya mencoba membuat tulisan kembali untuk memenuhi tantangan 15 Hari Bercerita. Beberapa hari yang lalu memang tidak memungkinkan bagi saya untuk menulis. Saya harus mengikuti pelatihan pengolahan sakernas yang diselenggarakan di Serang, Banten.
Mengikuti pelatihan bukanlah menjadi hal yang baru bagi saya. Sudah menjadi rutinitas dari pekerjaan saya sebagai pegawai BPS. Pelatihan biasanya dilaksanakan menjelang berjalannya suatu kegiatan.

Serang adalah ibukota provinsi Banten. Beberapa pelatihan di lingkungan BPS Banten diselenggarakan di kota ini. Para peserta biasanya diberikan fasilitas penginapan di lokasi pelatihan. Namun, ada beberapa peserta yang memilih untuk tetap pulang pergi dengan alasan masih memiliki anak kecil. Saya pun memilih opsi itu. Walaupun jarak yang harus ditempuh tidaklah dekat yaitu sekitar 70km dari rumah.

Bukan pertama kalinya saya pulang pergi ke Serang ketika pelatihan. Namun, kali ini ada yang berbeda. Biasanya kami sekantor berombongan dengan mengendarai mobil yang dikemudikan salah satu teman saya. Atau, mengendarai bis umum. Waktu tempuh yang diperlukan biasanya sekitar 1-1,5 jam. Pelatihan kali ini hanya diikuti dua orang. Saya dan teman saya, Rima. Diantara kami berdua, hanya saya yang bisa mengendarai mobil dan saya belum pernah mengendarai mobil sampai Serang.

Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk menggunakan bis umum di hari pertama dan kedua. Baru hari terakhir saya akan naik mobil. Harapannya, kami bisa istirahat (tidur) di bis. Ternyata, perjalanan dengan menggunakan bis umum terasa begitu lama. Dan saya sendiri tidak dapat memejamkan mata di bis. Akhirnya, saya putuskan, di hari kedua saya akan mengendarai mobil sendiri. Ini pengalaman pertama saya mengendarai mobil dengan jarak yang lumayan jauh. Alhamdulillah, perjalanan selama dua hari Tangerang-Serang (PP) lancar.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe8
February 10, 2018

Infografis: Inovasi Terkini Dari BPS

by , in
Badan Pusat Statistik merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang bertanggung jawab melaksanakan tugas pemerintah di bidang statistik. Tugas BPS di bidang statistik meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hingga penyajian data statistik baik kepada pemerintah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya, tentu saja BPS harus terus melakukan inovasi agar data yang dihasilkan lebih berkualitas. Salah satu hal yang menjadi perhatian BPS untuk terus dikembangkan yaitu mengenai pelayanan publik.

Beberapa prestasi telah ditorehkan oleh BPS di bidang pelayanan publik. Salah satunya adalah terpilihnya website BPS sebagai top 35 dalam inovasi pelayanan publik tahun 2016. Selain itu, dalam penilaian PEGI atau Pemeringkatan E-Government Indonesia Tingkat LPNK tahun 2015, BPS menduduki peringkat satu. Sungguh, suatu prestasi yang membanggakan sekaligus wajib untuk dipertahankan.

Oleh karena itu, BPS tidak berhenti sampai di sini saja. BPS terus melakukan inovasi di bidang pelayanan publik. Salah satunya dengan mengembangkan infografis. Infografis merupakan salah satu teknik penyajian data dalam bentuk grafis. Data yang sebelumnya berupa angka-angka, disajikan dalam bentuk grafis atau gambar. Harapannya, dengan adanya infografis, data yang disajikan bisa lebih mudah dipahami dan menarik. BPS pun mulai menggalakkan program infografis ini sampai ke BPS Kabupaten/Kota.

Untuk meningkatkan kualitas infografis yang dihasilkan, BPS telah menyelenggarakan beberapa pelatihan yang diikuti oleh pegawai BPS di lingkungan pusat maupun daerah. BPS pun pernah menyelenggarakan lomba infografis untuk memancing kreatifitas pegawai BPS. Semua kegiatan ini bertujuan agar BPS dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada publik.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe7
February 08, 2018

Sudah Benarkah Manajemen Keuangan Kita?

by , in
Ada satu materi menarik yang saya dan teman-teman kantor dapatkan dalam rangkaian acara Capacity Building beberapa bulan yang lalu yaitu tentang Manajemen Keuangan. Materi ini terasa begitu berbeda bagi kami yang biasanya hanya mendapatkan materi seputar kegiatan kantor. Materi Manajemen Keuangan ini disampaikan oleh pakar Financial Planner yang bernama Leo Akbar. Beliau sudah punya banyak pengalaman di bidang finansial. Beliau juga sering bekerjasama dengan tokoh keuangan terkenal, Ahmad Ghozali.

Penyampaian yang atraktif dan materi yang menarik sungguh lengkap disajikan dalam satu sesi tersebut. Semua peserta memperhatikan dengan seksama setiap penjelasan yang diberikan oleh Pak Leo. Sampai-sampai, waktu satu sesi dirasa masih kurang untuk menjawab pertanyaan dari teman-teman semua. 

Penjelasan beliau diawali dengan topik mengenai pola pikir jadul dalam mengatur keuangan rumah tangga. Dimana biaya hidup menjadi prioritas pertama. Barulah pengeluaran-pengeluaran yang lainnya seperti untuk cicilan hutang, kewajiban agama/sosial, dan yang terakhir menabung. Menabung dijadikan prioritas terakhir yang kadang kala jika tidak ada sisa, maka tidak jadi menabung. Inilah pola manajemen keuangan yang diterapkan oleh sebagian besar orang saat ini. Tak dapat dipungkiri, bagi sebagian orang pola ini menjadi kacau balau ketika kebutuhan hidup membengkak atau ada kebutuhan mendesak. Pada akhirnya, kembali lagi harus berhutang. Gali lubang tutup lubang. Jangankan untuk menabung, untuk membiayai kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup.

Lalu, bagaimana seharusnya mengatur keuangan? Yang pertama adalah prioritaskan kewajiban utama kita. Apa kewajiban utama kita? Tentu saja, hubungan kita dengan Allah. Jadi, prioritas utama kita adalah membayar zakat. Kemudian yang kedua masih tentang kewajiban yaitu membayar hutang dan cicilan. Jika kewajiban telah terpenuhi, baru kita melangkah ke prioritas ke tiga. 

Ooh, jadi, prioritas ketiganya untuk memenuhi biaya hidup ya? Bukan! Prioritas ketiganya adalah menabung atau investasi. Setelah ketiga pos tadi terpenuhi, barulah kita memikirkan biaya hidup. Kok bisa? Jadi biaya hidup hanya menggunakan uang sisa? Yup, betul sekali. Kenapa bisa demikian? Karena biaya hidup bisa dinegosiasikan. Misalnya, kita punya uang 500 ribu dan ingin beli baju. Kita bisa bernegosiasi untuk membeli baju seharga 200 ribu saja. Tidak harus memaksakan diri beli baju 500 ribu dan akhirnya uang kita habis. Okay, itu kalau baju. Bagaimana dengan biaya sekolah anak? Bukankan itu biaya yang harus tersedia. Uang sekolah pun bisa dinegosiasikan. Ketika memilih sekolah, tentu saja kita harus mengukur kemampuan kita. Kalau kita tidak mampu dengan SPP sebulan 1 juta, ya kita pilih saja sekolah dengan SPP 500 ribu per bulan. Dengan berbagai pertimbangan dari segi kualitas dan fasilitas sekolah. Artinya itu semua bisa dikompromikan dan dinegosiasikan.

Diskusi bersama Pak Leo berlanjut hingga ke pembahasan bisnis dan investasi. Beliau sendiri seorang praktisi yang sudah memiliki beberapa perusahaan. Saya berharap dapat berdiskusi lebih lama lagi dengan beliau. Namun, waktu yang diberikan oleh panitia sangatlah terbatas. Semoga di lain waktu, kami diberi kesempatan untuk berdiskusi lebih lanjut tentang finansial. Terima kasih atas ilmunya, Pak Leo. 

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe6
February 08, 2018

Beasiswa S2 GCIO Kementrian Kominfo

by , in
Keinginan untuk mendaftar kuliah lagi muncul di tahun ke-lima setelah saya bekerja di BPS. Pada awalnya keinginan itu belum terlalu menggebu-gebu. Disamping karena anak-anak yang masih terlalu kecil sehingga banyak menyita perhatian saya. Kebanyakan beasiswa yang ditawarkan, tempat perkuliahannya berada di luar kota. Jelas saja saya tidak tertarik. Saya ingin kuliah, tapi saya tidak mau meninggalkan anak-anak. Ini sudah menjadi prinsip saya, dan di-amin-i juga oleh suami. 

Iseng-iseng saya melihat-lihat tawaran beasiswa dari Kementrian Kominfo, beasiswa S2 GCIO. Dari namanya saja saya sudah merasa asing. Padahal, saya lulusan D4 Komputasi Statistik. Yahh, masih ada lah hubungannya dengan komputer dan teknologi informasi. Lalu, apakah sebenarnya GCIO?

CIO, atau singkatan dari Chief Information Officer biasanya merujuk pada sebuah jabatan yang bertanggung jawab pada setiap strategi dan keputusan yang berkaitan dengan teknologi informasi di suatu perusahaan. Lalu, singkatan apakah huruf G-nya? G merujuk pada Government. Jadi, GCIO atau Government Chief Information Officer adalah CIO yang dikhususkan untuk instansi pemerintah. Dengan demikian, beasiswa GCIO ini memang hanya ditujukan untuk pegawai negeri sipil baik di lingkungan pemerintah pusat maupun daerah.

Di era teknologi yang semakin berkembang dengan pesat ini, perlu sumber daya manusia handal yang menguasai bidang Teknologi Informasi (TI) di lingkungan pemerintahan. Harapannya, SDM ini nantinya menjadi ujung tombak pengembangan TI di instansi masing-masing. Oleh karena itu, Kementrian Kominfo membuka beasiswa S2 GCIO ini. Beasiswa ini dibuka di beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia. Yaitu, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, dan Universitas Negeri Padang.

Lalu, apakah yang mendaftar harus dari jurusan S1 Teknologi Informasi? Ternyata tidak, Lulusan S1 dengan berbagai latar belakang jurusan bisa mendaftar beasiswa ini. Justru yang terpenting adalah pengalaman kerja di bidang Teknologi Informasi. Nah, bagaimana dengan tunjangannya? Ini nih yang sering kali ditanyakan. Ada sih tunjangan dari Kementrian Kominfo yang diberikan setiap beberapa bulan sekali. Tapi, besarannya jangan dibandingkan dengan beasiswa-beasiswa yang lain ya...;)

Dari prinsip yang saya pegang tadi, maka saya menjatuhkan pilihan untuk mendaftar ke GCIO Universitas Indonesia. Hampir sebagian besar perkuliahan dilakukan di kampus Salemba. Sehingga, masih terjangkau dengan perjalanan pulang pergi dari rumah. Yang tertarik dengan beasiswa ini, langsung saja klik link berikut: Beasiswa S2 GCIO.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe5
February 06, 2018

Takdir Membawaku Ke MTI

by , in
Melihat foto wisuda di timeline FB, membuat saya mengingat memori dua tahun yang lalu. Ya, tepat dua tahun yang lalu saya lulus dari MTI UI (Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia). Perjalanan saya dalam menyelesaikan kuliah pasca sarjana dua tahun yang lalu merupakan kenangan yang tak terlupakan. Tidak mudah bagi saya untuk menjalaninya. Pun keluarga saya. Mulai dari membuat keputusan back to campus sampai lika-liku dunia perkuliahan.

Kepenatan dan kebosanan menjalani rutinitas pekerjaan menjadi pendorong saya untuk membuat proposal beasiswa. Awalnya saya ragu, apakah ini keputusan yang tepat? Mengingat sudah ada dua krucil yang menyita waktu dan perhatian. Ah, bukankah banyak yang bilang kalau kuliah itu bakalan punya banyak waktu? Tapi, ada juga yang bilang tugas-tugasnya banyak banget. Berbekal diskusi dengan beberapa teman dan suami serta sholat istikharah,,,,bismillah, akhirnya saya kirimkan juga proposal beasiswa saya.

Setelah proposal beasiswa itu saya kirim, mau tidak mau saya harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian masuk UI (SIMAK UI). Saya hanya memiliki waktu satu bulan untuk mempelajari TPA dan TOEFL. Saya tidak tahu apakah ada teman lain yang mendaftar juga. Singkat cerita, Alhamdulillah, saya di terima di MTI UI. Dan berdasarkan pengumuman dari kampus, saya baru tahu ternyata ada beberapa teman dari BPS yang saya kenal.

Kampus UI Salemba menjadi tempat perkuliahan kami. Jadwal kuliah kami kebanyakan jatuh pada siang hari. Namun, ada kalanya kami mendapatkan jadwal kuliah malam. Setiap hari, saya berangkat pulang-pergi dengan menggunakan commuter line. Perjalanan yang harus saya tempuh lumayan panjang, sekitar 1,5 sampai 2 jam. Untungnya, jadwal berangkat saya siang, jadi tidak perlu berdesak-desakan dengan penumpang yang berangkat kerja. Lain halnya dengan saat pulang, saya harus berdesakan dengan penumpang lain karena berbarengan dengan jadwalnya orang pulang kerja.

Semester satu saatnya beradaptasi dengan aktivitas baru, jadwal baru, lingkungan serta teman-teman baru. Di semester satu ini masih belum terlalu banyak tekanan dari kampus. Kalau teman-teman bilang, saatnya menikmati waktu luang. Karena kami semua tau, di semester dua nanti, sudah saatnya mengencangkan ikat pinggang. Pasalnya, agar dapat menulis tugas akhir di semester tiga, maka syarat yang harus kami penuhi adalah minimal nilai A- pada mata kuliah Metodologi Penelitian (semester 2). Tidak bisa main-main dengan mata kuliah ini, karena dosen yang mengampu mata kuliah ini terkenal tegas dan disiplin.

Qadarullah, saya hamil di tengah semester dua. Awalnya, saya takut tidak bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Beasiswa yang saya terima hanya untuk 3 semester saja. Selebihnya, mahasiswa sendiri yang harus membayar jika memerlukan waktu tambahan. Saya pun pasrah jika memang harus menambah waktu kuliah dan membayar kuliah sendiri. Tapi, saya tidak menyerah begitu saja. Saya tetap berusaha untuk menyelesaikan tugas akhir saya. Dalam kondisi hamil saya mondar-mandir antara Tangerang-Salemba. Terkadang harus ke BPS RI yang berada di Pasar Baru untuk bertemu subject matter. Bahkan, terkadang saya harus ke UI Depok untuk menemui dosen pembimbing. Kuliah malam tetap berjalan. Tugas-tugas kelompok dan tugas akhir tidak bisa dikesampingkan.

Di semester tiga saya melahirkan putra ketiga. Di semester ini pula saya mengejar ketinggalan dari teman-teman yang lain. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah banyak membantu saya. Dan juga suami siaga yang bersedia menjemput di kala saya harus pulang malam. Alhamdulillah, perjuangan itu berakhir dengan indah. Saya berhasil menyelesaikan kuliah tepat tiga semester dengan hasil yang memuaskan. Saya bersyukur dapat menyelesaikan semuanya dengan baik.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe4
February 06, 2018

Liburan Yang Menyenangkan Di World of Wonders

by , in

Liburan akhir tahun 2017 kemarin sangat berkesan bagi kami sekeluarga. Seperti biasa, jika ada waktu libur, eyang-eyang selalu menyempatkan diri untuk menengok cucu di Tangerang. Kali ini terasa lebih ramai karena bulik dan para sepupu saya ikut datang bersama eyang. Anak-anak sangat senang dengan kedatangan mereka. Di tambah lagi kami berencana untuk berwisata ke tempat bermain di akhir pekan.

Tempat wisata yang menjadi pilihan kami adalah World of Wonders (WOW) yang terletak di Cikupa, Kabupaten Tangerang. WOW merupakan tempat bermain anak-anak yang didalamnya terdapat berbagai wahana seperti bianglala, jetcoaster, sepeda udara, bebek air, rumah hantu, bom-bom car dan masih banyak lagi. Tempat wisata ini mirip dufan, tapi dengan versi yang lebih kecil. Walau lebih kecil, tetap saja kami puas bermain di WOW ini. Bahkan sampai sore pun masih ada beberapa wahana yang belum sempat kami coba.

Ada beberapa pertimbangan kenapa kami memilih WOW sebagai tujuan kami. Yang pertama, jarak yang dekat dengan Kota Tangerang. Hanya dengan jarak sekitar 25 km, kami bisa sampai tujuan dalam waktu sekitar 45 menit saja. Lokasi WOW ini tepatnya berada di dalam perumahan Citra Raya. Untuk menuju Perumahan Citra Raya kami lewat jalan tol dan keluar di pintu tol Bitung. Tak jauh dari pintu tol tersebut, kami sampai di Perumahan Citra Raya. Cukup mudah jalur yang kami lalui. Dan yang paling menyenangkan adalah tidak ada macet sama sekali. Yeayy...

Pertimbangan yang kedua yaitu biaya yang terjangkau. Dibanding dengan dufan, WOW sangatlah terjangkau. Tiket masuk per orangnya 80 ribu rupiah. Untuk anak yang tingginya sudah di atas 85 cm, tetap dikenai tiket dewasa. Dengan tiket tersebut, kita sudah bisa bermain di semua wahana dan setiap wahana dapat dimainkan sebanyak dua kali. Sebenarnya ada waterboom juga di sini. Tiketnya terpisah dari WOW. Tapi, kalau membeli tiket terusan, akan lebih murah harganya. Kami sekeluarga memang tidak berencana ke waterboom. Jadi, kami hanya membeli tiket WOW saja.

Begitu tiket ada di tangan, kami langsung saja masuk melalui pintu masuk yang dijaga oleh beberapa orang petugas. Petugas itu akan mengecek tiket yang kami pegang kemudian memasangkan tiket tersebut ke pergelangan tangan kami. Tiketnya memang berbentuk memanjang dan tidak terlalu lebar. Jadi, kami memakainya seperti memakai gelang. Tiket itu tahan terhadap air. Jadi ketika berwudhu atau ke toilet, tidak perlu melepas gelang tiket. Karena kalau tiket sudah rusak, kita tidak bisa  bermain lagi.

Tiba saatnya untuk mencoba beberapa wahana. Terlihat antrian pengunjung di setiap wahana, namun menurut saya antrian itu tidak terlalu panjang. Kami tidak perlu menunggu lama untuk bermain. Anak-anak terlihat sangat senang mencoba beberapa wahana. Tapi, ada juga beberapa wahana yang mereka sendiri tidak berani untuk mencoba. 








Tak terasa hari beranjak siang, saya mengajak anak-anak untuk istirahat sembari makan siang dan sholat. Memasuki tempat wisata ini pengunjung memang tidak diperkenankan untuk membawa makanan. Namun, jangan khawatir, di dalam ada kantin yang menawarkan berbagai jenis makanan. Sebut saja, ayam krispi, pecel ayam, ayam bakar, bento dan lain-lain. Jangan khawatir juga mengenai harganya. Menurut saya, harganya cukup terjangkau kok...yaitu sekitar 20-30rb per porsi. Porsinya cukup mengenyangkan dan rasanya tidak mengecewakan. 

Setelah ishoma, anak-anak masih ingin mencoba bermain beberapa wahana lagi. Karena hari sudah mulai sore, pengunjung sudah mulai berkurang. Sampai-sampai dalam satu wahana, sudah tidak ada lagi yang mengantri. Jadi, anak-anak langsung bisa bermain dua kali dalam satu wahana. 

Tak terasa waktu cepat berlalu. Setelah Sholat Ashar, barulah anak-anak mau diajak untuk pulang. Alhamdulillah, semua senang dan menikmati wisata kali ini. Menurut saya, WOW sangat recomended untuk liburan anak-anak. Selain beberapa hal yang sudah saya sebut di atas, fasilitas seperti Mushola dan Toilet-nya pun cukup bersih. Andaikan ingin bermain air, tersedia juga kolam kecil untuk sekedar berbasahan ria. Yang ingin membawa anak-anak berlibur, tempat wisata ini patut dicoba!

Sumber Gambar: http://citrarayaworldofwonders.com

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe3
February 04, 2018

Membiasakan Muroja'ah Untuk Anak

by , in
Muroja'ah atau mengulang kembali hafalan Al Qur'an yang telah dimiliki merupakan agenda wajib bagi seorang penghafal Al Quran. Tidak mudah bagi setiap orang untuk konsisten muroja'ah setiap hari. Saya sendiri belum mampu melaksanakannya. Namun, Alhamdulillah saya dan suami mulai bisa membiasakannya pada anak-anak kami beberapa bulan belakangan.

Pada awalnya, kami pun merasa terbebani dengan agenda muroja'ah tiap hari ini. Mengkondisikan anak-anak yang masih 'males' di pagi hari untuk mau menghafal tentu tidak mudah. Kami memang memilih waktu di pagi hari setelah sholat subuh, karena memang hanya itu waktu luang yang kami punya. Berbagai bujukan, rayuan hingga paksaan pun pernah kami lakukan. Alhamdulillah, dengan izin Allah, sekarang agenda muroja'ah tiap pagi menjadi kebiasaan. Yang dulunya harus dirayu-rayu lama, sekarang mas adzka sudah mulai meminta untuk muroja'ah. Bahkan adeknya pun ikutan minta  muroja'ah. Apa resepnya? Saya sendiri kurang tau -_-' *maaf ya kalau malah jadi bingung hehe

Jujur saja, tidak ada resep khusus agar anak bisa sadar diri untuk muroja'ah. Kami hanya mencoba konsisten agar setiap hari anak bisa bermuroja'ah. Kadang kala lupa atau terlewat juga sih. Tapi, kalau terlewat, akan kami rapel di hari berikutnya. Sehingga, yang tadinya tidak biasa menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Mungkin hal ini cocok dengan ungkapan "witing tresno jalaran soko kulino" (datangnya cinta karena terbiasa). Karena kegiatan muroja'ah ini dilakukan tiap hari tanpa henti, secara tidak langsung akan membangunkan alarm dari dalam diri secara otomatis. Seperti sholat, kita semua pasti sudah secara otomatis melaksanakan sholat ketika ada panggilan adzan. Hal ini terjadi karena kita sudah dibiasakan untuk sholat dalam kurun waktu yang lama.

Agar bisa konsisten melaksanakan agenda ini setiap hari tentu orang tua harus memiliki tekad dan perencanaan yang baik. Hanya mengulang hafalan saja apakah perlu perencanaan? Perlu banget! Tanpa perencanaan yang baik, pasti tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.Saya mencoba untuk berbagi beberapa hal yang saya lakukan dalam agenda muroja'ah. Disini yang saya contohkan adalah agenda untuk anak-anak. Tetapi tentu saja bisa diterapkan juga untuk orang dewasa.

Pertama, luruskan niat hanya untuk meraih ridho Allah

Kedua, tentukan berapa jumlah surat yang akan dihafal dalam kurun waktu satu bulan. Tidak perlu banyak-banyak untuk awalannya. Misalnya mulai dari Surat An-Naas sampai Al Kafirun, terdapat enam surat. Bisa dikurangi atau ditambah, sesuaikan dengan kemampuan anak-anak kita.

Ketiga, tetapkan kapan waktu untuk muroja'ah. Pastikan pada waktu tersebut tidak ada kegiatan lain yang mengganggu. Kalau kami di rumah paling enak itu pagi setelah Sholat Subuh.

Keempat, buat lembar mutaba'ah muroja'ah. Buatlah tiga buah kolom yang terdiri dari tanggal, surat, dan keterangan. Kemudian, isikan tanggal 1-30 pada kolom tanggal. Pada kolom surat, tentukan dua surat saja untuk dihafalkan dalam satu hari. Contoh: tanggal 1, Surat An-Naas dan Al Falaq. Tanggal 2, Surat Al Ikhlas dan Al Lahab. Tanggal 3, Surat An Nashr dan Al Kafirun. Kemudian Tanggal 4,5,6 diulang lagi dari awal. Begitu seterusnya sampai tanggal 30.
Setelah selesai satu bulan, buat lagi agenda baru dengan menambah jumlah surat yang akan dihafal. Tetapi, surat yang dihafal dibulan pertama tetap harus dihafal juga di bulan berikutnya. Beban hafalan bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Karena kemampuan menghafal pada anak itu berbeda-beda.
Untuk kolom keterangan, bisa diisikan dengan kesalahan bacaan, tajwid, ataupun sikap anak-anak pada saat muroja'ah. Kolom ini nantinya bisa dijadikan sebagai acuan evaluasi.

Kelima, kerjasama yang baik dengan pasangan.

Keenam, berdoa agar dimudahkan untuk membimbing anak-anak bermuroja'ah.

Saya rasa cukup sekian tips2 yang bisa saya bagi untuk pembaca. Mohon maaf apabila ada kekurangan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Kebenaran datangnya dari Allah, dan apabila ada kesalahan itu datangnya dari diri saya pribadi.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe2
February 01, 2018

Menikmati Sate Padang Pasar Lama

by , in

Kami sekeluarga bukanlah tipe orang yang gemar berkuliner ria. Kalau sedang bosan dengan makanan rumah, barulah kami hunting kuliner di luar. Itu pun saya rasa tidak terlalu sering. Karena menurut saya, terlalu sering makan di luar juga tidak terlalu bagus untuk kesehatan. Tetap saja lebih sehat makanan yang diolah di rumah. Kita bisa memastikan kesegaran bahan makanan, proses mengolahnya dan juga kebersihannya. Disamping karena penghematan juga tentunya...hehe *emak2modeon

Sore itu, saya memang berniat untuk membeli makanan di luar untuk makan malam keluarga. Entah kenapa suami me-request Sate Padang. Bahkan ketika ditawari Sate Madura, suami saya tetep memilih Sate Padang. Tumben banget...karena kami biasanya lebih memilih Sate Madura. Katanya, lagi kangen Sate Padang. Saya dan suami juga bukanlah penggemar setia Sate Padang. Hanya saja waktu zaman kuliah di UI Salemba, kami sering beli Sate Padang yang ada di depan kampus. Rasa Sate Padangnya cocok dengan lidah jawa kami. Sampai-sampai kami menjadikan rasa Sate Padang depan kampus UI Salemba itu sebagai patokan untuk menilai kelezatan Sate Padang yang kami beli.



Sate Padang yang akan kami cicipi kali ini yaitu Sate Padang Goyang Lidah yang berada di sekitar Pasar Lama, Kota Tangerang. Tepatnya di depan SD Negeri Tangerang I. Pasar lama memang terkenal sebagai kawasan kuliner di Kota Tangerang. Berbagai macam makanan bisa didapatkan disini. Mulai dari Sate Padang, Sate Madura, Soto Mie, Bakso, Nasi Bakar, Roti Cane, Laksa, Nasi Goreng Kambing, Roti Bakar, dan lain sebagainya. Bahkan beberapa pedagang sudah terkenal sejak bertahun-tahun lamanya.



Sate Padang Goyang Lidah harganya cukup terjangkau. Hanya dengan dua puluh ribu rupiah, sudah mendapatkan seporsi Sate Padang. Satu porsi Sate Padang terdiri dari potongan ketupat dan delapan tusuk sate. Kalau tanpa ketupat, akan mendapatkan sepuluh tusuk sate. Saya sengaja beli untuk dibungkus karena sate padang itu rencananya akan disantap di malam hari setelah suami pulang kerja. 

Dan pada malam harinya kami sekeluarga telah siap bersantap di meja makan untuk menikmati Sate Padang tersebut. Sate Padang diguyur dengan saus kental kecoklatan. Sausnya enak perpaduan antara gurih dan pedas. Ketika dimakan bersama satenya terasa sangat nikmat di lidah. Rasanya mendekati rasa Sate Padang yang berada di kampus UI Salemba. Tiga porsi sate padang langsung tandas tanpa bersisa. Itu pun dirasa masih kurang. Karena anak-anak masih pengen nambah lagi. Saya cukup heran, saus Sate Padang itu cukup pedas untuk ukuran anak-anak, tetapi mereka tetap bisa menikmatinya. Walaupun beberapa kali terdengar suara huh-haah...

Bagi Anda yang penasaran dengan rasa Sate Padang ini, bisa langsung ke Jl. A. Dimyati, Pasar Lama, Kota Tangerang.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe1


My Instagram