Selamat Jalan....Sahabatku

Ilustrasi: freepik.com


"Kullu nafsin dzaaiqotul mauut"
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati" (QS. Ali Imran: 185)


Kematian adalah suatu kepastian. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat lari darinya. Tak dapat pula mengulur-ulur waktunya walau pun hanya sedetik. Semuanya telah ditetapkan oleh Allah kapan, dimana dan bagaimana kita mati. Tak ada yang tau kapan kematian akan menjemput selain Allah. Ketika tiba saat itu, terputuslah segala urusan di dunia. Tidak ada lagi yang dapat dilakukan seseorang yang berada diujung kematiannya. Lisan tak lagi dapat digerakkan tuk menyebut nama-Nya. Lutut tak dapat ditekuk tuk bersujud kepada-Nya. Telah tertutup pintu taubat. Telah habis masa hidup di dunia.

Sepekan berlalu...sejak Allah memanggil seorang sahabat tuk kembali ke sisi-Nya. Sahabat yang pernah begitu dekat. Bersama-sama menjalani hari-hari penuh keceriaan. Duduk bersebelahan di bangku sekolah. Saling berbagi canda, suka, maupun duka. Banyak kenangan kami lewati bersama. Saling berbagi bekal sekolah, belajar bersama-sama, mengerjakan tugas bersama, bahkan dimarahi guru pun bersama. Hingga saling menguatkan ketika salah satu dari kami mengalami kesedihan. Tertawa bersama ketika kebahagiaan menghampiri kami. Saling mendukung tuk kesuksesan kami. Dan ketika kabar duka itu kudengar...ingatanku seakan merajut kembali kepingan kenangan yang telah kita lalui bersama.

Engkau adalah sahabatku yang selalu ceria. Sungguh jarang kudapati dirimu berkeluh kesah. Bahkan ketika ayahmu mendahuluimu, kau terlihat begitu tabah. Tak memerlukan waktu yang lama bagimu untuk kembali bangkit menatap kehidupan. Setiap masalah selalu kau hadapi dengan semangat. Tak kenal menyerah, ulet dalam segala hal. Sungguh hancur hatiku...begitu ku dengar Allah mengujimu dengan sakit. Terlebih lagi, kita berdua terpisah dalam jarak yang tidak dekat. Teriris hati ini saat kau mengatakan 'aku kangen anak-anak'. Karena dengan sakit itu, kau harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama. Berpisah dari anak-anak, menjadi hal yang tak terelakkan lagi bagimu. Aku pun seorang ibu yang sangat paham bagaimana rasanya jauh dari anak. Tapi, aku tau kau sangat optimis untuk sembuh. Disaat aku masih memupuk rasa tenang di hati, justru kau bilang 'aku harus kuat, aku harus sembuh'. Beberapa saat sebelum kau berpulang, tak henti-hentinya kau memintaku untuk tak pernah bosan mendoakanmu. 'Mohon doakan aku selalu', hanya kalimat itu yang terlontar darimu di saat terakhirmu.

Lilis, saat ini ku yakin tak ada lagi rasa sakit yang harus kau rasakan. Allah telah cukupkan jihadmu untuk melawan sakitmu. Banyak orang yang kehilangan dirimu. Banyak orang yang sayang padamu. Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fuanha. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, menerima semua amalmu, menempatkanmu di tempat yang terbaik di sisi-Nya. Untuk putra-putrimu yang engkau tinggalkan, aku yakin Allah telah menyiapkan skenario terbaik untuk mereka. Insyaallah, mereka akan menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang selalu mendoakan ibunya. Karena hanya doa merekalah yang akan mengalirkan amal jariyah kepadamu.

Selamat jalan, Lilis....Engkau adalah sahabat terbaikku.

No comments:

Post a Comment

My Instagram